Ngontrak Terus vs Rumah Sendiri
Usia pernikahanku beranjak 17 tahun. Dan selama hampir 17 tahun, alhamdulillah aku merasakan nikmatnya berpindah-pindah tempat atau kota.
Yaa... bisa dibilang lebih banyak tinggal di kontrakan malah.
Menikah di tahun 2003, tapi baru ikut suami ke Lhokseumawe tahun 2004. Sebab aku masih menyelesaikan kuliahku di Yogya.
Tahun 2004, sudah punya si sulung bayi, yang ketika umurnya 4 bulan aku bawa ke Lhokseumawe berkumpul dengan suami. Kami mengontrak sebuah rumah kecil couplean tanpa garasi. Ya soalnya, belum punya mobil juga, jadi untuk apa punya garasi.
Kami berdua adalah perantauan dari Medan yang jauh dari keluarga. Membina keluarga kecil di pinggir pantai Ujong Blang.
Namun, rumah kontrakan kecil itu hanya sempat kami tinggali selama 6 bulan, sebab.. setelah Tsunami, suamiku mutasi ke Banda Aceh.
Rumah kontrakan selanjutnya yang kami tempati di Banda Aceh saat itu hanya ruang sisa dari sebuah rumah inti. Ada 2 kamar, tapi kamar satunya dipakai oleh sepupuku. Ceritanya, sekalianlah meringankan biaya sewa rumah yang saat itu sangat naik drastis (karena Tsunami), jadi aku menyewakan lagi 1 kamar untuk sepupuku.
Di antara waktu itu (sektar tahun 2005), kami sempat pulang ke Medan untuk melihat-lihat tanah di Binjai rekomendasi dari almarhumah ibu mertuaku (Semoga kami berkumpul di surga kelak). Tanah itu letaknya dekat dengan jalan besar utama, pula tak jauh dari rumah mertua.
Kebetulan sudah terkumpul Rp 50 juta, sedangkan harga tanah di Binjai saat itu masih murah sekali. Dengan uang 50 juta, kami bisa mendapatkan tanah seluas 655 m2. Luas dan murah yaa. 😀🤩
Nah.. inilah tanah yang dibangun rumah tipe 70/105. Dibeli tahun 2005, baru mampu dibangun tahun 2012... hehehe.. lama yaa
Tadinya mau kami bikin cluster sebanyak 5 buah rumah. Tapi ternyata dananya tidak cukup, dan spesifikasi yang kami bangun berbahan yang bagus, jadi kurang masuk pasar area Binjai saat sudah dijadikan harga.
Rumah contoh tetap dibangun sedikit demi sedikit. Kalau ada uang dibangun.. kalo pas udah habis tabungan, ya stop dulu.
Alhamdulillah rampung juga setelah beberapa tahun.
Namun sisa tanah (4 kapling) kami jual untuk daftar haji dan umroh.
*****
Kembali ke tahun 2005.
Aku dan suami memutuskan membuka sebuah usaha (internet cafe) bersama seorang teman.
Maka kami pun pindah kontrakan lagi ke ruko yang dekat dengan kampus. Maka, jadilah Hamdi-Ahza sebagai anak ruko sejak 2005 sampai 2014.
Ehh.. Ahza sejak 2007 ding.. lahirnya tahun itu soalnya
Ruko lantai 1 kami jadikan tempat usaha, lantai 2 untuk kami tinggali. Yang namanya ruko mana ada kamar dan dapur. Jadi ya kami sekat-sekat sendiri pakai triplek untuk 1 kamar. Sedangkan dapurnya hanya beralaskan meja kayu sisa sekat kamar.
Ketika Hamdi udah SD, tambah sekaaat lagi untuk kamar ke-dua. 😅😂
2013, Alhamdulillah ada rezeki, kami sempat membeli ruko di dekat ruko tempat usaha kami. Senang banget dong, akhirnya kami menempati rumah sendiri setelah bertahun-tahun selalu ngontrak/sewa rumah.
Ruko itu kami jadikan rumah dan dicoba didesign dalamnya ala-ala rumah sendiri.
Qodarullah, 2014 nya suami mendapatkan SK mutasi ke Jakarta. Alhasil ikutlah kami semua ke Jakarta di tahun itu dan memilih tinggal di Depok.
Jadii.. baru setahun yaa ngerasain rumah sendiri ternyata harus pindah lagi. 😅😅
Nah .. kalo ditanya, kenapa ngontrak terus?
Ya karena selain masih ngumpulin uang, dulu kami masih belum kepikiran punya beli rumah di perantauan, karena ya itu, khawatir mutasi lagi... pindah rumah lagi.
Daan.. benar kaaan.... 😅😅
*****
Oke, 2014 kami jadi pengontrak lagi. Kami pilih Depok sebagai tempat tinggal dan menyewa sebuah rumah sederhana. Rumah di Jabodetabek ini mahal-mahal ya, Maak.
Sekolah puun mahal-mahaal.
Nah.. kami memilih rumah dengan harga sewa di bawah dari nilai tunjangan rumah yang dikasih dari perusahaan per tahun. Sisanya kan bisa untuk keperluan lain atau disimpan. 😃😃
Belum kepikiran kalau kami akan mampu membeli tanah di Depok ini mengingat harganya ya luar biasa. Mengontrak lagi selama 5 tahun di Depok. Kontrakan pun hanya ada 2 kamar di dalamnya, dapur mini, dan yang pasti alakadarnyalah.
Namun insya Allah anak-anak bahagia.
Kadang suka kasihan sih sama orang tua dan saudara-saudara kalo berkunjung ke sini, ya karena harus seadanya. Tapi sukurnya, mereka biasa aja.
Dan insya Allah, anak-anak juga semuanya sudah ditempa menjadi pribadi yang hayuk aja untuk tinggal di bagaimanapun kondisi tempatnya.
Tiba-tiba di tahun 2017, terniat dan tertarik dengan sebuah tanah di sini. Terniat ini juga hasil campur tangan Allah dong ya. Semuanya karena Allah. Lalu tak membutuhkan waktu lama setelah kami panjar tanah itu, ruko di Banda Aceh pun dijual.
Begitulah, akhirnya kami membeli tanah seluas 147 m2 untuk dibangun sebuah rumah impian. Luas tanah ini memang tidaklah terlalu luas, standar saja, tapi ini saja sudah membuat kami amat sangat bersyukur. Kembali lagi semua pasti karena kuasa Allah.
Dibeli tahun 2017, dan baru mulai dibangun 2018, dan ditempati Ontober 2019.
Sudah selesai rumahnya mak?
Belum semuanya. Saat kami pindah, masih ada taman dalam rumah, pagar teras lantai 2, dan pagar rumah yang belum selesai. Dan Alhamdulillah minggu ini, setelah 8 bulan sejak kami pindah, spot-spot yang belum selesai itu sedang dalam proses penyelesaian.
Sudah selesai rumahnya mak?
Belum semuanya. Saat kami pindah, masih ada taman dalam rumah, pagar teras lantai 2, dan pagar rumah yang belum selesai. Dan Alhamdulillah minggu ini, setelah 8 bulan sejak kami pindah, spot-spot yang belum selesai itu sedang dalam proses penyelesaian.
🍁
Jadiii... bisa dibilang, kami lebih banyak menghabiskan waktu di rumah kontrakan sederhana ketimbang rumah sendiri.
Insya Allah selalu bersyukur ya. Buktinya, kalau dipikir-pikir, kok ya 17 tahun itu tak lah berasa. Jadi selama bertahun-tahun kami selalu ngontrak rumah dan pindah-pindah, semuanya kami nikmati. Karena menikmati proses sebelum menuju tujuan itu adalah hal yang paling nikmat.
Insya Allah selalu bersyukur ya. Buktinya, kalau dipikir-pikir, kok ya 17 tahun itu tak lah berasa. Jadi selama bertahun-tahun kami selalu ngontrak rumah dan pindah-pindah, semuanya kami nikmati. Karena menikmati proses sebelum menuju tujuan itu adalah hal yang paling nikmat.
Nah... kira-kira, ayahnya anak-anak bakal mutasi lagi nggak yaa. 🤩
20 Komentar
Alhamdulillah merasakan keduanya ya Mbak, baik ngontrak maupun rumah sendiri. Semoga berkah dengan rumah barunya.
BalasHapusAku 18 tahun nikah ngerasain kontrak rumah (tepatnya arparthouse gitu) selama 2 tahun waktu suami sekolah di Amerika. Sisanya tinggal di rumah dinas terus rumah sendiri pas mutasi ke Jakarta. Alhamdulillah aja cerita juga jadi penyewa:D
Iya mbak.. Alhamdulillah.. selalu bersyukur dengan apa pun keadaan yaa..
Hapusapalagi kalo harus sering pindah2 kota ya.
Betul dengan bersyukur meski ngontrak maupun tinggal di rumah sendiri pastinya bahagia selalu ya
BalasHapusBtw tanahnya masih murah di Cianjur tempat saya tinggal dong ya. Bulan lalu kami beli tanah pjnggir jalan, desa, sekitar seratus meter dari jalan kabupaten, harganya seratus ribu per meter. Alhamdulillah kami bisa nyicil untuk berkebun, seluas 600m²
Iya mbak.. lebih murah di sana.
HapusDi depok ini 5 juta/meter -_-
Udah kelamaan tinggal di Aceh, pas tiba-tiba mutasi ke Jakarta.. liat harga tanah di depok segitu .. jadi pusing pala berbi :D :D
Alhamdulillah ya Mbak, akhirnya punya rumah sendiri.
BalasHapusKalau posisi masih harus sering pindah memang enak menunggu siap saja.
Saya juga lebih suka ngontrak sih daripada sama orangtua. Ahahaha. Beda cerita ya.
Banyak bersyukur sekarang sudah memiliki rumah sendiri jadi ga pindah-pindah setiap tahunnya
BalasHapusKemungkinan akan mutasi lagi mbak.. dan harus selalu siap pindah lagi .. sama kayak waktu di banda aceh.. baru ngerasain punya rumah sendiri setahun.. ternyata paksu harus ditugaskan ke jakarta :D
HapusPerjalanan soal tempat tinggalnya sungguh luar biasa dan menginspirasi mba. Mana mbanya udah tinggal di beberapa kota berbeda pula. Aku naksir sama gaya rumahnya yang di Depok.
BalasHapusTeringat sama saudaraku yang dari kecil sampai dewasa nggak merasakan tinggal di rumah sendiri karena orangtuanya pindah-pindah kerja/tugas. Ada yang rumah kontrakan ada rumah dinas juga. Sekarang dia sudah nikah, tinggal di apartemen, belum niat beli rumah katanya :)
BalasHapusAku baru punya rumah sendiri di Bekasi setelah 4 tahun menikah, pindah ke Yogya, dua tahun ngontrak baru sanggup beli rumah sendiri.
Kalopun mutasi gpp kali skr ga usah ikut mbk 😁. Sama kek papa mamakku lbh lama diperantauan dan memang ya kalo pindah2 memang ngontrak aja
BalasHapusduh klo saya sih mending rumah sendiri, meskipun kecil atau sederthana saya pilih dengan rumah sendiri
BalasHapusbetul... tapi isi postingan sya bukan tentang itu mbak.. xixixixi
HapusAlhamdulillah... akhirrnya punya rumah sendiri, dengan segala liku perjuangannya. Nggak apa Mbak biarpun suami masih pindah-pindah dinasnya, investasi rumah sih Insyaallah nilainya juga akan terus naik, apalagi macam di Depok gitu.
BalasHapusPerjalanan hidup kita semua beda2 ya dg ujian dan sikon yg berbeda pula. Semua disyukuri agar nikmat dari Allah selalu bertambah. Beti ama saya ya Kak... sy jelang 16 thn pernikahan nih... dan dulu kuliahnya jg di Jogja
BalasHapusAlhamdulillah aku juga merasakan mba. Jadi kontraktor Hehehhe.. nikah 2004 , baru tinggal dirumah sendiri tahun 2010. Eh aku suka lho model rumah mba.. jadi terinspirasi nanti kalau punya uang bisa naikin ke atas. Modelnya begitu. Cakep mba.
BalasHapusMasya Allah Mbak, meskipun pindah-pindah, Allah beri kemudahan ya buat kalian. Alhamdulillah. Dan meskipun menjadi kontraktor tetep memiliki asset berupa ruko dan rumah. Kami masih tertatih di tahun ke enam pernikahan kami. Hikz hikz. Doain donk Mbak, agar kami bisa segera membeli rumah yang nyaman kami sendiri.
BalasHapusSemoga terus langgeng dalam kebahagiaan ya Mbak rumah tangganya
Aku termasuk salah satu yang ikut ortu pindah kota dan pulau sana sini mbak
BalasHapusBerasa kalo pindahan,
Buku buku banyak yang rusak juga karena di kapal ya
Tapi ya sudah memang benar,
menikmati proses sebelum menuju tujuan itu adalah hal yang paling nikmat.
Sekarang Alhamdulillah saya menetap di Tangerang karena punya suami yang usaha sendiri
Salut dengan manajemen finansialnya,Mbak. 😍 Keberhasilan ini pasti tidak lepas dari kepiawaian mengelola neraca keuangan keluarga. Oh ya, rumah contoh di Binjai itu akhirnha gimana? dijual juga? saya ga menemukan cerita ttg rumah contoh itu selain 4 kapling yang dijual untuk haji dan umroh 😁
BalasHapusRumah contohnya sekarang disewakan mbak .. Tapi mulai tahun ini dipinjamkan dulu ke saudara ^_^
Hapusalhamdulillah ya mak merasakan rumah sendiri, aku pun rumahnya belum lunas tapi happy bisa menata sendiri
BalasHapus