Cerita Komentar Pembaca
"Hi Fida, Suka banget sama cerpen-cerpenmu.. terutama yang judulnya SIFA dan CATATAN, keren euy...."
Sms itu baru aja aku dapatkan dari seorang sahabat ku dijakarta, Riska damayantu yang suka aku panggil "Jeand dut", selama ini para pembaca cerpenku selalu memuji "DOSA LAMA", mungkin karena itu yang baru aku publish di facebook.
Ketika launching tanggal 5 Desember 2010 kemaren, ada sebuah komentar menarik mengenai cerpen yang berjudul "Catatan" ini. Seorang peserta, memberikan komentar pada salah satu tulisanku di halaman 110, yang isisnya seperti ini:
"Aku muak dengan perjalanan cinta yang memegang tiang pernikahan ini, tidak ada kata sepakat, dan selalu berjalan di dua arah yang berbeda. Aku tak pernah membayangkan pernikahan neraka seperti ini. Pernikahan yang hanya membuatku perlahan-lahan habis dimakan fikiran. Menghancurkan seluruh tubuhku dalam kemarahan, dan menafikkan cinta dengan kebencian teramat dalam. Aku benci mencintainya. Itu yang kurasakan sekarang ini. Secepatnya ingin lepas, tapi aku tak berdaya, selain mencintainya.. aku juga terikat norma dan agama. Ohhh sungguh jika bercerai itu tak memalukan, jika kata „janda‟ itu tidak menurunkan derajatku, dan jika akibat perceraian itu tidak buruk bagi anakku, aku pasti berani untuk mengambil keputusan cerai sekarang juga. Jiwaku seperti habis, hilang berbentuk debu yang berserakan terbawa angin. Dan aku lunglai dengan seluruh fikiran ini.
Aku tak dapat lagi membedakan makna keberadaanku untuknya, dan makna keberadaannya untukku. Aku hanya terpenjara dalam fikiran dan sesakku sendiri. Aku merasakan pudarnya kebersamaan selama berhari-hari, dan aku muak. Rasanya aku sudah tak ingin lagi berbagi dengannya, tak ingin lagi mencintainya, dan tak ingin lagi bercerita dengannya. Tak kan ada jalan bagi kami untuk menyatukan fikiran kami, karena kami adalah manusia yang sungguh di luar jangkauan. Tak perlu menghilangkan cinta untuk berpisah kurasa, hanya sebuah keberanian YA... KEBERANIAN!!"
Tulisan itu sebelumnya sudah di baca oleh peserta tersebut dirumah, lalu ia bertanya seperti ini:
"Saya ingin memberi tanggapan pada tulisan fida dihalaman 110, tadi saya dengar kan sebahagian besar puisi-puisi di buku ini adalah puisi yang diilhami dari kejadian sehari fida. Di halaman 110 saya agak risih dengan tulisannya.. saya mau tanya.. apa suami fida tidak marah ada tulisan seperti itu di buku yang dibaca banyak orang, karena inikan masalah pribadi"
Saat itu saya memutar otak mencari tulisan seperti itu disalah satu puisi saya, untungnya pembedah buku yang bernama Riza Rahmi segera membuka buku yang tidak ada di tangan saya. Barulah saya sadari bahwa kalimat tersebut adalah salah satu tulisan di salah satu cerpen saya yang berjudul 'CATATAN" dan bukan disalah satu puisi saya. Mungkin pembaca tersebut terkecoh dengan judulnya dengan menyangka bahwa itu adalah catatan diary saya.
Saya langsung menjelaskan bahwa tulisan itu adalah cerpen, dan bukan kejadian nyata dikehidupan saya. Tapi saya tersanjung dengan komentar tersebut. Bahwa ia malah merasa itu adalah sebuah kejadian nyata :)
Di kesempatan lain, seorang adik memberi komentar di Facebook bahwa ia terkecoh dengan cerita "Dosa Lama"...
"Kak, aku terkecoh loh sama cerita "DOSA LAMA", ya ampun. Kiraiinnn...."
Aku langsung tersenyum, bahagia sebenarnya, karena justru ending tulisanku dianggap tidak monotan dan tertebak. Ini sebuah vitamin yang tinggi buatku.
Selain pujian tentu saja ada juga kritikan soal EYD yang masih ada kesalahan, aku sungguh berterima kasih kepada semua kritikus dan komentator, karena dengan begitu berarti mereka membaca buku saya ^_^
0 Komentar